Selasa, 07 Desember 2010

Kebangkitan Agama dan Spiritualisme

SEKRETARIS JENDERAL PBB - Kofi Annan telah mengungkapkan bahwa Abad XX merupakan abad yang paling kejam, kerusakan tersebar di berbagai penjuru bumi dan darah pun tertumpah di mana-mana. Tragis, ini ulah manusia (QS 2:30). Memasuki Milenium Ketiga nasib manusia tetap buram. ”Climate change” dan krisis pangan menjadi ancaman, wabah penyakit merajalela, kemiskinan merayap ke segala arah, dan krisis BBM menambah sengsara. Aneka derita menghantui dunia, dan celakanya - manusia tampak semakin tidak berdaya. Pencemaran merambah daratan dan lautan, polusi menguap ke segenap lapisan biosfera, ”global warming” dan ancaman radiasi nuklir bahkan tampak semakin nyata. Konflik pembawa petaka tampil di banyak negeri, dan alam pun menabur aneka bencana.

John Houge mengungkapkan: “I contend that we all suffer from prophet’s block. Most of us have been programmed to act like ostriches, to hide our heads from premonition of change. A premonition of apocalypse – whether personal or global – may be a blessing in disguise. We can use precognition as an alarm to wake up in time and steer our destiny out of harm’s way.” (The Millenium Book of Prophecy, 1994).

PARADOX – namun di balik krisis lingkungan, yang seiring dengan  krisis peradaban global itu, tampak pula gejala kebangkitan agama-agama (Alvin Toffler), yang parallel dengan kebangkitan spiritualisme (John Naisbitt). Ini bisa ditanggapi sebagai pertanda masa transisi proses kebangkitan manusia menyongsong transformasi menuju Kebangkitan Peradaban Mondial Milenium Ketiga. Gejala semacam ini juga terlihat jelas di kawasan Nusantara, dan pesan-pesannya sebagian bisa dipahami oleh para ahli ma’rifat yang waskita. Fenomena ini tampil paradoxal, namun sesungguhnya bersifat complementary, merupakan survival instinct manusia, naluri alami yang terdorong muncul dari bawah sadarnya. Ini merupakan peringatan dini dalam menghadapi antsipasi apocalyptic threats yang akan hadir di masa datang. Prophetic intelligence yang relevan dengan itu sebenarnya sudah diisyaratkan melalui Injil dan Al Qur’an sebagai nubuat Kebangkitan Isa Al-Masih (QS 3:55/19:33), ataupun dalam wayang-purwo sebagai Kreshno Gugah.

Semua yang hadir di muka bumi berpasangan – ada baik lawan buruk, juga ada manfa’at lawan mudharat (QS 16:48/36:36). Ternyata kebangkitan agama-agama maupun kebangkitan spiritualisme itupun tidak berjalan mulus, beraneka ekses negatifnya bermunculan di banyak tempat. Homo sapiens disempurnakan kejadiannya dan diangkat sebagai khalifatullah, namun cenderung membuat kerusakan di bumi serta menumpahkan darah (QS 2:30-39). Juga diberi amanah tapi bertingkah dzalim dan bersikap bodoh (QS 33:72).

Zeitgeist DURGA – gambaran tragis kini sedang dipagelarkan di Bumi Pertiwi, maka aneka bencana, bala dan petaka tampil pula di berbagai penjuru Nusantara. Bangsa Indo-nesia terjebak Zaman Kalatida yang serba kelam, dan terperangkap Zaman Edan yang centang-perenang, bahkan mengambil langkah carut-marut menuju Zaman Kalabendu, seolah-olah sedang bergegas membuktikan  prophecy R. Ng. Ronggowarsito. Ini seyo-gyanya ditanggapi secara arif-bijaksana, maka perlu dicermati secara sistematis, dengan memanfaatkan mata-kepala, mata-akal dan mata batin sekaligus. Ilmu pengetahuan se-bagai rujukannya, ditambah petunjuk dan Kitab Suci  sebagai pedomannya (QS 31:20).

Krisis global sudah semakin parah, dampaknya amat terasa di Indonesia, maka umat manusia seyogyanya bergegas bangkit agar tidak bangkrut. Ibarat bangunan sempurna, peradaban memerlukan dukungan pondasi karya (tanaman-pangan), ditopang oleh pilar budaya (tanah- kesehatan) dan dinaungi oleh atap agama (iklim- pendidikan). Dalam hal ini Indonesia sesungguhnya memiliki potensi comparative advantages, sehingga telah dipersiapkan sebagai lahan berseminya benih peradaban mondial mendatang. Kepulauan Nusantara terprogram sebagai “miniature dunia”, dan pertanian menjadi sasaran utamanya. Perkebunan yang terorganisir dengan baik menjadi model proses kebangkitan peradaban, sedangkan yang bermasalah menjadi case-study. Segala sesuatunya terencanakan dengan sistematis dan rinci, maka Sumatera Utara dipersiapkan sebagai ‘pilot project’, daerah Simalungun sebagai ‘focus of interest’, dan Pematangsiantar sebagai ‘starting point’.  Kondisi alam Nusantara dan sejarah penduduknya seharusnya terdokumentasikan dengan benar dan baik, karena terprogram akan menjadi complement dan supplement utama untuk keseluruhan Kitab Suci dan ajaran agama-agama yang beragam itu.

Fundamentally rotten – krisis negeri ini bersifat mendasar dan multidimensi, sehingga manusia manapun tidak akan mampu mengatasinya, karena sudah sampai pada  level of incompetence”. Kebangkitan tidak akan terwujud tanpa blessing in disguise, dan akan gagal tanpa intervensi langsung dari ALLAH Rabbul ‘Alamin. Ini sebagai pertanda bahwasanya agama-agama maupun spiritualisme sebagai integrated systems kini sedang diuji ulang melalui critical conditions di kawasan Nusantara. Amanahpun dipikulkan kepada bangsa Indonesia, maka hanya ada dua pilihan - bangkit atau bangkrut.

GOD does not play dice!” ungkap Einstein. ALLAH Rabbul ‘Alamin menciptakan alam semesta raya beserta segenap isinya tidaklah secara acak, namun teleological programmed (QS 45:22/57:22). Segala sesuatunya telah dirancang dengan seksama – keseluruhannya berpola geometris teratur dan berstruktur matematis terukur, merupakan kesatuan rangkaian jaringan yang  terintegrasikan sistematis, berguna dan sarat makna. Ini diharapkan bisa mudah dipahami oleh mereka yang beriman dan berilmu, utamanya yang memiliki insight dan foresight sekaligus (QS 3:189-191/41:52-54).